Prinsip-Prinsip
Pemilihan Dan Penggunaan
Materi
Belajar Disesuaikan Kebutuhan Peserta Didik
DISUSUN
OLEH
KELOMPOK : 7
KELAS : 01
Sarvina
Sulastri 1506103010023
Sri
Rahayu 1506103010025
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA
ACEH
2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan dalam bentuk makalah. Salawat dan salam
marilah kita sanjung sajikan ke pangkuan baginda Rasulullah SAW. Yang telah
membawa umat manusia ke alam yang terang benderang sebagaimana pendidikan yang
kita rasakan saat sekarang ini. Pada kesempatan ini, kami telah menyelesaikan
makalah tentang “Prinsip-Prinsip Pemilihan Dan Penggunaan Materi Belajar
Disesuaikan Kebutuhan Peserta Didik”.
Terima kasih kami
ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah Psikologi Pendidikan yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam proses belajar mengajar. Apabila terdapat
kesalahan dalam menyusun makalah ini, penulis mengharapkan kritik dan usul-usul
pembangun guna perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Demikianlah, semoga
makalah ini dapat menjadikan acuan dalam kehidupan dan sebagai pembelajaran lebih baik ke depan
serta bermanfaat bagi penulis sendiri maupun pembaca.
Darussalam, 11 April 2017
Penulis
DAFTAR ISI
3.1
Kesimpulan
3.2
Saran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
Materi pembelajaran menempati posisi
yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar
pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai
dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh peserta
didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya
materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi
dasar, serta tercapainya indikator. Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun
2005 Pasal 20, juga mengsyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi
pembelajaran.
Bahan ajar merupakan salah satu komponen
sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar atau tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan. Salah satu masalah penting
yang sering dihadapi oleh guru dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih atau
menentukan bahan ajar atau materi pembelajaran yang tepat dalam rangka membantu
siswa mencapai kompetensi yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh kenyataan
bahwa dalam kurikulum atau silabus, materi bahan ajar hanya dituliskan secara
garis besar dalam bentuk materi pokok. Tugas guru adalah menjabarkan materi
pokok tersebut sehingga menjadi bahan ajar yang dikembangkan dan mudah dipahami
oleh siswa.
Dengan menerapkan bahan ajar yang telah
dikembangkan tersebut, diharapkan menjadi alternatif bagi guru dalam
menyampaikan suatu materi pembelajaran sehingga proses belajar mengajar akan
berjalan lebih baik dan bervariasi yang
pada akhirnya hasil belajar siswa juga ikut meningkat. maka dalam
makalah ini penulis akan membahas tentang bahan ajar yang merupakan bagian dari
hasil perencanaan seorang guru sebelum mengajar di kelas.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Konsep-konsep umum yang diperhatikan guru dalam memilih materi pelajaran.
2.
Konsep-konsep psikologis dalam pemilihan materi yang relevan
3.
Fakor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih materi
4.
Pengorganisasian materi pelajaran yang menarik dan mudah bagi peserta didik
yang mempelajarinya
5.
Akibat-akibat jika materi belajar tidak sesuai dengan kemampuan, kematangan,
dan kebutuhan peserta didik
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui konsep-konsep umum yang diperhatikan guru dalam memilih materi
pelajaran.
2.
Untuk mengetahui konsep-konsep
psikologis dalam pemilihan materi yang relevan
3.
Untuk mengetahui Fakor-faktor yang harus
dipertimbangkan dalam memilih materi
4.
Untuk mengetahui pengorganisasian materi
pelajaran yang menarik dan mudah bagi peserta didik yang mempelajarinya
5.
Untuk mengetahui akibat-akibat jika
materi belajar tidak sesuai dengan kemampuan, kematangan, dan kebutuhan peserta
didik
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Konsep umum yang harus
diperhatikan guru dalam memilih materi pelajaran
Bahan ajar atau materi pembelajaran
(instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah
ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari
pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau
nilai. Konsep umum dalam pemilihan
materi pembelajaran meliputi: (a) prinsip relevansi, (b) konsistensi, dan (c)
kecukupan. Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan
memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan kompetensi
dasar yang harus dikuasai siswa. Misalnya, kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi
empat macam. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup
memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi
tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit
akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak
perlu untuk mempelajarinya.
2.
Konsep-konsep
psikologis dalam pemilihan materi yang relevan
Guru dalam menjalankan perannya sebagai
pendidik bagi peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai
aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan
tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya, sehingga
dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif yang pada gilirannya dapat
memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan –
pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat:
1.
Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.
Dengan memahami psikologi pendidikan
yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk
perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya,
dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku
individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.
2.
Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
Dengan memahami psikologi pendidikan
yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran
yang tepat dan sesuai dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan
individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang
dialami siswanya.
3.
Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.
Tugas dan peran guru di samping
melaksanakan pembelajaran juga diharapkan dapat membimbing para siswanya dengan
memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan
bantuan psikologis secara tepat dan benar melalui proses hubungan interpersonal
yang penuh kehangatan dan keakraban.
4.
Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.
Memfasilitasi artinya berusaha untuk
mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa seperti bakat, kecerdasan dan
minat, sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada
siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa
pemahaman psikologi pendidikan yang memadai tampaknya guru akan mengalami
kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar
siswanya.
5.
Menciptakan iklim belajar yang kondusif.
Efektivitas pembelajaran membutuhkan
adanya iklim belajar yang kondusif, guru dengan pemahaman psikologi pendidikan
yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang
kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan
menyenangkan.
6.
Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.
Pemahaman guru tentang psikologi
pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih
bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.
7.
Menilai hasil pembelajaran yang adil.
Pemahaman guru tentang psikologi
pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa
yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip
penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.
3.
Fakor-faktor yang harus
dipertimbangkan dalam memilih materi
Materi pembelajaran berada dalam ruang
lingkup isi kurikulum. Karena itu, pemilihan materi pelajaran tentu saja harus
sejalan dengan ukuran-ukuran (kriteria) yang digunakan untuk memilih isi
kurikulum bidang studi bersangkutan.
Secara
garis besar, Kriteria pemilihan materi pembelajaran:
1. Kriteria
Tujuan Pembelajaran
Suatu
materi pelajaran yang terpilih dimaksudkan untuk mencapai tujuan pembelajaran
khusus atau tujuan-tujuan tingkah laku. Karena itu, materi tersebut supaya
sejalan dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.
2. Materi
Pelajaran Supaya Terjabar
Perincian
materi pelajaran berdasarkan pada tuntutan. Ini berarti terdapat keterkaiatan
yang erat antara spesifikasi tujuan dan spesifikasi materi pelajaran.
3. Relevan
Dengan Kebutuhan Siswa
Kebutuhan
siswa yang pokok adalah bahwa mereka ingin berkembang berdasarkan potensi yang
dimilikinya. Karena setiap materi pelajaran yang akan disajikan hendaknya
sesuai dengan usaha untuk mengembangkan pribadi siswa secara bulat dan utuh.
Beberapa aspek diantaranya adalah pengetahuan sikap, nilai dan keterampilan.
4. Kesesuaian
Dengan Kondisi Masyarakat
Siswa
dipersiapkan untuk menjadi warga masyarakat yang berguna dan mampu hidup
mandiri. Dalam hal ini, materi pelajaran yang dipilih hendaknya turut membantu
mereka memberikan pengalaman edukatif yang bermakna bagi perkembangan mereka
menjadi manusia yang mudah menyesuaikan diri.
5. Materi
Pelajaran Mengandung Segi-Segi Etik
Materi
pelajaran yang akan dipilih hendaknya mempertimbangkan segi perkembangan moral
siswa kelak. Pengetahuan dan keterampilan yang bakal mereka peroleh dari materi
pelajaran yang telah mereka terima diarahkan untuk mengembangkan dirinya
sebagai manusia yang etik sesuai dengan sistem nilai dan norma-norma yang
berlaku dimasyarakatnya.
6. Materi
Pelajaran Tersusun Dalam Ruang Lingkup dan Urutan Yang Sistematik dan logis.
Setiap
materi pelajaran disusun secara bulat dan menyeluruh, terbatas ruang lingkupnya
dan terpusat pada satu topik masalah tertentu. Materi disusun secara berurutan
dengan mempertimbangkan faktor perkembangan psikologis siswa. Dengan cara ini
diharapkan isi materi tersebut akan lebih mudah diserap oleh siswa dan dapat
segera dilihat keberhasilannya.
7. Materi Pelajaran Bersumber Dari Buku
Yang Baku, Pribadi Guru Yang Ahli, dan Masyarakat.
Ketiga
faktor ini perlu diperhatikan dalam memilih materi pelajaran. Buku sumber yang
baku umumnya disusun oleh para ahli dalam bidangnya dan disusun berdasarkan
GBPP yang berlaku, kendatipun belum tentu lengkap sebagaimana yang diharapkan.
Guru yang ahli penting, oleh sebab sumber yang diharapkan. Guru yang ahli
penting, oleh sebab sumber utama memang guru itu sendiri. Guru dapat menyimak
semua hal yang dianggapnya perlu untuk disajikan kepada para siswa berdasarkan
ukuran pribadinya. Masyarakat juga merupakan sumber yang luas, bahkan dapat
dikatakan sebagai materi belajar yang paling besar.
Manfaat yang dapat diperoleh apabila
seorang guru jika mengembangkan bahan ajar sendiri, yakni antara lain:
Pertama,
diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan
belajar siswa.
Kedua,
tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh.
Ketiga,
bahan ajar menjadi labih kaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai
referensi.
Keempat,
menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar.
Kelima,
bahan ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara
guru dengan siswa karena siswa akan merasa lebih percaya kepada gurunya.
Adapun
peranan bahan ajar adalah:
1) Mencerminkan suatu sudut pandang yang
tajam dan inovatif mengenai pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya
dalam bahan ajar yang disajikan.
2)
Menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi,
sesuai dengan minat dan kebutuhan para peserta didik.
3)
Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap.
4)
Menyajikan metode-metode dan sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi peserta
didik.
5)
Menjadi penunjang bagi latihan- latihan dan tugas- tugas praktis.
6)
Menyajikan bahan/ sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat guna.
Jenis-jenis materi pembelajaran dapat
diklasifikasi sebagai berikut.
1.
Fakta yaitu segala hal yang bewujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama
objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau
komponen suatu benda, dan sebagainya. Contoh dalam mata pelajaran Sejarah:
Peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan pembentukan Pemerintahan
Indonesia.
2.
Konsep yaitu segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul
sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat,
inti /isi dan sebagainya. Contoh, dalam
mata pelajaran Biologi: Hutan hujan tropis di Indonesia sebagai sumber plasma
nutfah, Usaha-usaha pelestarian keanekargaman hayati Indonesia secara in-situ
dan ex-situ, dsb.
3.
Prinsip yaitu berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting,
meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan
antarkonsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat. Contoh, dalam mata
pelajaran Fisika: Hukum Newton tentang gerak, Hukum 1 Newton, Hukum 2 Newton,
Hukum 3 Newton, Gesekan Statis dan Gesekan Kinetis, dsb.
4.
Prosedur merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan
suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem. Contoh, dalam mata pelajaran TIK:
Langkah-langkah mengakses internet, trik dan strategi penggunaan Web Browser
dan Search Engine, dsb.
5.
Sikap atau Nilai merupakan hasil belajar aspek sikap, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang,
tolong-menolong, semangat dan minat belajar dan bekerja, dsb. Contoh, dalam
mata pelajaran Geografi: Pemanfaatan
lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan, yaitu pengertian lingkungan,
komponen ekosistem, lingkungan hidup sebagai sumberdaya, pembangunan
berkelanjutan.
Langkah-Langkah
Pengembangan Materi Pembelajaran
1.
Identifikasi standar kompetensi dan
kompetensi dasar
Sebelum mengembangkan materi
pembelajaran terlebih dahulu perlu di identifikasi aspek-aspek keutuhan kompetensi
yang harus dipelajari atau dikuasai peserta didik. Aspek tersebut perlu
ditentukan, karena setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan
jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Harus ditentukan
apakah standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta
didik termasuk ranah kognitif, psikomotor ataukah afektif.
-
Ranah Kognitif jika kompetensi yang
ditetapkan meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
penilaian.
-
Ranah Psikomotor jika kompetensi yang
ditetapkan meliputi gerak awal, semirutin, dan rutin.
-
Ranah Afektif jika kompetensi yang
ditetapkan meliputi pemberian respons, apresiasi, penilaian, dan internalisasi.
2.
Identifikasi Jenis-jenis Materi
Pembelajaran
Identifikasi dilakukan berkaitan dengan
kesesuaian materi pembelajaran dengan tingkatan aktivitas /ranah
pembelajarannya. Materi yang sesuai untuk ranah kognitif ditentukan berdasarkan
perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian,
dan keterampilan berpikir. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk
ranah kognitif adalah fakta, konsep, prinsip dan prosedur. Materi pembelajaran
yang sesuai untuk ranah afektif ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan
aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian
diri. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah afektif meliputi
rasa dan penghayatan, seperti pemberian respon, penerimaan, internalisasi, dan
penilaian. Materi pembelajaran yang sesuai untuk ranah psikomotor ditentukan
berdasarkan perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik. Dengan
demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah psikomotor terdiri dari gerakan
awal, semirutin, dan rutin. Misalnya tulisan tangan, mengetik, berenang,
mengoperasikan komputer, mengoperasikan mesin dan sebagainya.
Materi
yang akan dibelajarkan perlu diidentifikasi secara tepat agar pencapaian
kompetensinya dapat diukur. Di samping itu, dengan mengidentifikasi jenis-jenis
materi yang akan dibelajarkan, maka guru akan mendapatkan ketepatan dalam
metode pembelajarannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan
strategi, metode, media, dan sistem evaluasi yang berbeda-beda. Misalnya metode
pembelajaran materi fakta atau hafalan bisa menggunakan “jembatan keledai”,
“jembatan ingatan” (mnemonics), sedangkan metode pembelajaran materi prosedur
dengan cara “demonstrasi”.
4. Pengorganisasi
Materi Pelajaran yang Menarik dan Mudah bagi Peserta Didik yang Mempelajarinya.
Kegiatan mengorganisasikan bahan ajar
dimulai dengan memilih dan menetapkan bahan ajar yang sesuai dan mampu untuk
mencapai tujuan instruksional mata kuliah. Bahan ajar tersebut tentunya terdiri
dari serangkai pokok-pokok bahasan yang harus ditata urutannya dan saling
berkaitan satu sama lain. Di dalam memilih pokok-pokok bahasan tersebut,
tentunya telah diketahui dan ditetapkan kegunaan dan tujuan dari setiap pokok
bahasan, yang pada dasarnya setiap tujuan instruksional pokok bahasan ditujukan
untuk menunjang tercapainya tujuan mata kuliah. Selanjutnya, dari setiap pokok
bahasan yang telah ditetapkan tujuannya itu, dijabarkan lebih rinci menjadi
beberapa subpokok bahasan sehingga mampu untuk menetapkan sasaran-sasaran
belajar. Sasaran belajar merupakan gambaran kemampuan mahasiswa (learning
outcomes) yang bisa diamati dan diukur.
a.
Menetapkan Tujuan Instruksional
1.
Tujuan Instruksional Umum
Tujuan Instruksional Umum (TIU) adalah
tujuan instruksional pokok-pokok bahasan, karena tujuan pokok bahasan umumnya
masih bersifat umum, sehingga belum dinyatakan perubahan perilaku yang
spesifik. Disamping itu jumlahnya relatif masih sedikit. Kedua, karena
penetapan tujuan pokok bahasan dapat dipakai sebagai dasar dalam menentukan
tujuan yang lebih khusus, yaitu penetapan sasaran belajar (atau Tujuan
Instruksioanal Khusus). Oleh sebab itu, meskipun masih bersifat umum, tujuan
pokok bahasan harus sudah mengungkapkan materi bahasan dan kedudukan bahasan
tersebut dalam kesatuan ketercapaian tujuan mata kuliah.
Perlu
diketahui bahwa fungsi TIU adalah :
a)
Menunjukkan kedudukan pokok bahasan tertentu dalam kesatuan bahan perkuliahan;
b)
Menyatakan ringkasan tujuan pokok bahasan;
c)
Merupakan pedoman dalam menyusun sasaran belajar ; dan
d)
Merupakan pedoman menentukan kegiatan mengajar.
Disamping
itu rumusan tujuan Intruksional Umum (TIU) masih bersifat :
a)
Luas dan umum;
b)
Belum dinyatakan dalam bentuk prilaku yang dikehendaki dan
c)
Jumlahnya tidak banyak.
Setelah penetapan pokok bahasan selesai,
tugas berikutnya adalah merangkainya dalam urutan yang terbaik agar tujuan mata
kuliah dapat tercapai secara efektif dan efisien. Urutan pokok-pokok bahasan
tersebut disajikan dalam bentuk bagan rangkaian urutan antarpokok bahasan, yang
menunjukkan mana yang terlebih dahulu diberikan untuk kemudian disusul bagian
yang lain. Bagan skema semacam itu disebut sebagai skema tata hubungan
antarpokok bahasan.
Manfaat skema hubungan pokok bahasan,
disamping mampu memberikan argumentasi yang logis tentang urutan sajian pokok
bahasan juga mambantu dalam merancang alokasi waktu pertemuan atau perkuliahan
yang dibutuhkan. Banyaknya kebutuhan waktu tersebut tentunya sangat tergantung
pada tujuan pokok bahasan (terutama macam bahan ajar dan perubahan perilaku
yang diharapkan).
2.
Tujuan Instruksional Khusus
Yang dimaksud Tujuan Instruksional
Khusus (TIK) adalah Sasaran Belajar (SasBel), karena sasaran belajar merupakan
pernyataan tujuan instruksioanal yang sudah sangat rinci. Pada pernyataan
sasaran belajar ini harus sudah dapat diketahui macam bahan ajar dan tingkat
perubahan perilaku yang diharapkan. Untuk itu sasaran belajar harus menyatakan
sesuatu yang teramati, terukur dan operasional. Sasaran belajar harus
dituliskan dari segi kemampuan mahasiswa. Artinya mengungkapkan perubahan apa
yang diharapkan terjadi pada diri mahasiswa setelah mengikuti pengajaran satu
subpokok bahasan tertentu.
a.
Merumuskan Sasaran Belajar
Variabel pengajaran yang paling utama
dalam sasaran belajar (sasbel) adalah tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran yang
paling rinci ternyatakan sebagai sasran belajar. Adalah sangat penting untuk
dapat menyatakan sasaran belajar dengan baik dan benar, karena semua variabel
pengajaran yang lain harus disusun sedemikian rupa dengan maksud untuk mencapai
sasaran belajar tersebut. Selanjutnya
apabila rancangan pengorganisasian bahan ajar telah selesai, yang ditandai
dengan selesainya penulisan semua pokok bahasan, maka perlu dilanjutkan dengan
penulisan TIU setiap pokok bahasan, bagan skema hubungan antara pokok bahasan,
rincian sub-subpokok bahasan dan jabaran sasaran belajar. Bila rancangan
organisasi bahan ajar yang telah selesai disusun dengan memperhatikan kepada
karakteristik siswa seperti latar belakang siswa, minat siswa, terhadap bahan
ajar, prapengetahuan siswa terhadap pengetahuan yang akan diajarkan, dan
berbagai karakteristik siswa yang lain serta kondisi fisik suasana pengajaran
(seperti jumlah siswa per kelas, keadaan fisik ruangan, perkiraan media
pengajaran yang tersedia, dan lain-lainnya), maka selanjutnya perlu dirancang
bentuk, cara serta media yang akan dipakai guna menyajikan bahan ajar.
b.
Menyusun Bahan Ajar
Bila TIU dan TIK telah ditetapkan,
matriks Satuan Acara Perkuliahan (SAP) telah disusun dan skema tata hubungan
antara pokok bahasan telah ditetapkan, maka dosen tinggal menyusun materi bahan
ajar. Materi ini dapat berupa:
1)
Buku teks atau diktat yang pernah dituliskannya;
2)
Buku teks, jurnal, laporan penelitian, laporan seminar yang biasanya disimpan
di perpustakaan; dan
3)
Media cetak yang lain, seperti dari koran, majalah dan sebagainya.
Satuan Acara Perkuliahan (SAP) adalah
rancangan pembelajaran selama satu semester yang memberikan gambaran umum
tentang satu mata kuliah tertentu dan disahkan oleh jurusan atau program studi,
yang berfungsi sebagai bukti dokumen administratif bahwa dosen yang diharapkan
dapat efektif dan efisien. Menyusun diktat atau buku ajar, memang tidak dapat
sekaligus; tetapi harus bertahap. Disamping itu juga isinya baru, bukan saja
berupa teori atau gagasan si penulisnya, tetapi juga latihan-latihan. Maksudnya
agar buku tersebut mampu menampilkan sisi kognitif, psikomotorik dan afektif
dari siswa atau mahasiswa.
Penerapan
Pengorganisasian Materi Ajar:
Dalam mendesain atau mengorganisasikan
materi pembelajaran ada beberapa hal penting yang harus dilakukan oleh seorang
guru atau seorang dosen, hal ini pula yang akan menentukan sempurna atau tidaknya organisasi materi
pembelajaran, yaitu:
1.
Pengumpulan Informasi
Sebelum seorang guru memulai
pelajarannya di minggu pertama hari sekolah atau di dalam kelas, tentu ia
melakukan persiapan-persiapan dalam beberapa aspek desain mata kuliah atau mata
pelajaran. Persiapan ini dapat dikatakan sebagai satu usaha pembuktian
akuntabilitas profesionalisme pembelajaran seorang dosen kepada mahasiswanya
yang telah memberikan kepercayaan kepada perguruan tinggi. Paling tidak ada
empat elemen yang harus dipersiapkan seorang dosen dalam mendesain atau
mengorganisasikan satu mata kuliah, yaitu:
1)
Elemen materi-materi perkuliahan,
2)
Elemen kompetensi atau tujuan pembelajaran atau hasil belajar,
3)
Elemen strategi pembelajaran atau metode pembelajaran, dan
4)
Elemen evaluasi pembelajaran
Untuk mengorganisasikan materi, langkah
pertama sebelum seorang dosen memulai mengorganisasikan materi-materi
perkuliahan dalam bentuk apapun, ia seharusnya mulai mengumpulkan sebanyak
mungkin informasi-informasi yang berkaitan langsung atau tidak langsung dengan
mata kuliah yang akan diampu. Informasi-informasi itu mungkin didapatkan dalam
bentuk hard copy, soft copy melalui perpustakaan, internet dan atau konsultasi
dari beberapa sumber.
Langkah
kedua, setelah informasi materi dianggap memadai, maka ada beberapa alternatif
yang mungkin dilakukan oleh seorang dosen atau guru untuk mengorganisasikan
materi perkuliahan atau pembelajaran yang relatif siap disajikan atau di-share
kepada mahasiswa. Setiap individu peserta didik adalah unik, masing-masing
memiliki kemampuan ataupun tingkatan serta karakter masing-masing. Terdapat
beberapa hal yang bisa diperhatikan untuk mengetahui perbedaan antar individu
dalam hal pembelajaran. Sudjana (2007:116) setidaknya terdapat 6
perbedaan-perbedaan individual yang ada pada peserta didik atau siswa, yaitu:
- Perkembangan
intelektual, kemampuan belajar terutama memahami dan menggali materi dan
informasi masing-masing peserta didik tentu tidak sama, ada siswa yang cepat
belajar dan mampu memahami materi ada juga siswa yang lambat dan perlu
dibimbing secara bertahap dalam belajar.
- Kemampuan
berbahasa, lebih tepatnya lagi komunikasi. Komunikasi atau berbahasa disini
bukan hanya hubungan interaksi antara guru dengan murid saja namun juga
komunikasi peserta didik dengan materi dan informasi pelajaran, bahan ajar,
media pembelajaran serta komponen-komponen pembelajaran yang terlibat lainnya.
- Latar
belakang pengalaman, siswa atau peserta didik yang pernah mendapatkan informasi
yang relevan terhadap suatu materi akan lebih cepat memahaminya, bukan hanya
dalam hal materi namun juga gaya belajar, metode pengajaran serta hal-hal lain
yang diperlukan dalam pembelajaran.
- Gaya
belajar, peserta didik satu tentu memiliki gaya dan kebiasaan belajar favorit
dan mampu mempercepat pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Bukan hanya
dalam kebiasaan namun juga dalam kondisi tertentu misalnya seorang siswa lebih
mampu belajar dalam keadaan yang tenang dan hening sehingga mampu mempercepat
pemahaman materi.
- Bakat
dan minat, bakat dan minat ini berasal dalam diri masing-masing siswa dan
sangat penting untuk digali dan ditemukan sehingga mampu dioptimalkan sebagai
kemampuan yang dapat dikembangkan. Misal seorang siswa lebih mampu untuk
mempelajari pelajaran matematika ina adalah bakat, atau siswa sangat menyukai
pelajaran praktik fisika ini adalah minat.
- Kepribadian,
merupakan reaksi atau tanggapan terhadap sikap dan cara-cara mengajar yang
dilakukan guru. Kepribadian ini juga sangat terkait dengan sifat dasar
masing-masing peserta didik, siswa yang pemalu misalnya biasanya akan lebih
pasif untuk terlibat dalam interaksi dengan komponen-komponen pembelajaran
terutama dengan guru.
5. Akibat-akibat jika
materi belajar tidak sesuai dengan kemampuan, kematangan, dan kebutuhan peserta
didik
Untuk mengetahui kondisi kematangan
siswa dalam belajar pada tahap atau jenjang tertentu adalah mengidentifikasi
perkembangan psiko-fisik siswa itu sendiri. Antara lain:
a. Perkembangan motorik
Dalam psikologi, kata motor diartikan
sebagai istilah yang menunjuk pada hal, keadaan, dan kegiatan yang melibatkan
otot-otot dan gerakan-gerakannya. Jadi, perkembangan motorik yaitu proses perkembangan
yang progresif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan anak.1
Menurut Gleitman, ada 2 bekal yang
dibawa anak sejak lahir yaitu bekal kapasitas motor (jasmani) dan bekal
kapasitas panca indra (sensorik).
b. Perkembangan kognitif
Istilah kognitif berasal dari kata
cognition yang padanannya knowing, berarti mengetahui. Dalam arti luas,
cognition (kognisi) sebagai salah satu domain atau wilayah/ranah psikologis
manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman,
pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesenjangan, dan
keyakinan.2 Seorang pakar terkemuka dalam displin psikolgi kognitif dan
psikologi anak, jean piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak
menjadi empat tahapan yaitu tahapan sonsorik-motorik, pra-operasional,
operasional konkrit, dan operasional formal operasional.
c. Perkembangan sosial dan moral (sikap)
Pendidikan, ditinjau dari sudut
psikososial (kejiwaan kemasyarakatan), adalah upaya penumbuhkembangan sumberdaya
manusia melalui proses hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi) yang
berlangsung dalam lingkungan masyarakat yang terorganisasi, dalam hal ini
masyarakat pendidikan dan keluarga. Berdasarkan hal ini, tentu tak mengherankan
apabila seseorang siswa sering menggantungkan responsnya terhadap guru pengajar
dan teman-teman sekelasnya. Positif atau negatifnya persepsi siswa terhadap
guru dan teman-temannya itu sangat mempengaruhi kualitas hubungan sosial para
siswa dengan lingkungan sosial kelasnya dan bahkan mungkin dengan lingkungan
sekolahnya.
Masalah-masalah yang terjadi jika materi
belajar tidak sesuai:
1.
Siswa yang tidak mampu mencapai tujuan
belajar atau hasil belajar sesuai dengan pencapaian teman-teman seusianya yang
ada dalam kelas yang sama. Sesuai dengan tujuan belajar yang tercantum dalam
Kurikulum bahwa siswa dikatakan lulus atau tuntas dalam suatu pelajaran jika
telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh
tiap-tiap guru bidang studi. KKM dibuat berdasarkan intake (pencapaian) siswa
di dalam kelas. Apabila seorang siswa tidak mencapai kriteria tersebut, maka
yang bersangkutan dikatakan bermasalah dalam pelajaran tersebut.
2.
Siswa yang mengalami keterlambatan
akademik, yakni siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi
tetapi tidak menggunakan kemampuannya secara optimal. Belum tentu semua siswa
yang terdapat dalam satu kelas memiliki kemampuan yang sama, ada beberapa siswa
dengan kemampuan intelegensi diatas rata-rata bahkan super. Kondisi inilah yang
menyebabkan si siswa cerdas ini harus menyesuaikan kebutuhan asupan
kecerdasannya dengan kemampuan teman-teman sekelasnya, sehingga siswa yang
seharusnya sudah berhak diatas teman-teman sebayanya dipaksa menerima kondisi
sekitarnya.
3.
Siswa yang secara nyata tidak dapat
mencapai kemampuannya sendiri (tingkat IQ yang diatas rata-rata). Maksudnya,
yaitu siswa yang memiliki intelegensi diatas rata-rata normal tetapi tidak
mencapai tujuan belajar yang optimal. Misalnya KKM pada Mata Pelajaran A
sebanyak 65, kemudian nilai yang dicapainya 70. Padahal seharusnya dengan
tingkat intelegensi seperti itu, yang bersangkutan bisa mendapat nilai minimal
80 bahkan lebih.
4.
Siswa yang sangat lambat dalam belajar,
yaitu keadaan siswa yang memilki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu
dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus. Siswa yang
mengalami kondisi seperti ini yakni siswa yang memiliki tingkat kecerdasan di
bawah rata-rata dan sangat sering bermasalah dalam pembelajaran. Seringkali Guru
kehabisan ide untuk menangani siswa yang seperti ini, bimbingan pelajaran
tambahan atau ekstra menjadi salah satu alternatif penyelesaian masalah semacam
ini.
5.
Siswa yang kekurangan motivasi dalam
belajar, yakni keadaan atau kondisi siswa yang kurang bersemangat dalam belajar
seperti jera dan bermalas-malasan. Siswa yang seperti ini biasanya didukung
oleh kondisi atau lingkungan apatis, yang tidak peduli terhadap perkembangan
belajar siswa. Lingkungan keluarga yang apatis, yang tidak berperan dalam proses
belajar anak bisa menyebabkan si anak menjadi masa bodoh, sehingga belajar
menjadi kebutuhan yang sekedarnya saja. Lingkungan masyarakat yang merupakan
media sosialisasi turut berperan penting dalam proses memotivasi siswa itu
sendiri.
6.
Siswa yang bersikap dan memiliki
kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang kegiatannya atau
perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan seharusnya, seperti suka
menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya
untuk hal-hal yang tidak diketahui dan sebagainya. Besarnya kesempatan yang
diberikan oleh Guru untuk menyelesaikan tugas menyebabkan siswa mengulur-ulur
pekerjaan yang seharusnya diselesaikan segera setelah diperintahkan, Guru yang
terlalu disiplin dan berwatak tegas juga menjadi faktor berkurangnya perhatian
(attention) yang seharusnya diberikan oleh siswa kepada Guru.
7.
Siswa yang sering tidak mengikuti proses
belajar mengajar di kelas, yaitu siswa-siswa yang sering tidak hadir atau
menderita sakit dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga kehilanggan
sebagian besar kegiatan belajarnya. Seringkali materi pelajaran yang telah
disampaikan oleh Guru pada pertemuan jauh sebelumnya kemudian siswa
dituntut untuk mengikuti dan menguasai
materi pelajaran dalam waktu yang relatif singkat menyebabkan si siswa menjadi
tertekan dan terbebani oleh materi belajar yang banyak.
8.
Siswa yang mengalami penyimpangan
perilaku (kurangnya tata krama) dalam hubungan intersosial. Pergaulan antar
teman sepermainan yang tidak seumuran dan tidak mengeyam bangku pendidikan
menyebabkan si anak atau siswa terpengaruh dengan pola perilaku dan pergaulan
yang serampangan, seperti berbicara dengan nada yang tinggi dengan orang yang
lebih tua, sering membuat kegaduhan atau keributan di dalam masyarakat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Konsep umum dalam pemilihan materi
pembelajaran meliputi: (a) prinsip relevansi, (b) konsistensi, dan (c)
kecukupan. Konsep-konsep psikologis dalam pemilihan materi yang relevan
Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat. Memilih strategi atau metode
pembelajaran yang sesuai. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan
konseling. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik. Menciptakan
iklim belajar yang kondusif. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya. Menilai
hasil pembelajaran yang adil. Kriteria pemilihan materi pembelajaran: kriteria
tujuan pembelajaranmateri pelajaran supaya terjabar, relevan dengan kebutuhan
siswa, kesesuaian dengan kondisi masyarakat materi pelajaran mengandung
segi-segi etik materi pelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang
sistematik dan logis, materi pelajaran bersumber dari buku yang baku, pribadi
guru yang ahli, dan masyarakat, dikatakan sebagai materi belajar yang paling
besar. Masalah-masalah yang terjadi jika materi belajar tidak sesuai: Siswa
yang tidak mampu mencapai tujuan belajar, Siswa yang mengalami keterlambatan
akademik, Siswa yang secara nyata tidak dapat mencapai kemampuannya, Siswa yang
sangat lambat dalam belajar, Siswa yang kekurangan motivasi dalam belajar, Siswa
yang bersikap dan memiliki kebiasaan buruk dalam belajar, Siswa yang sering
tidak mengikuti proses belajar mengajar di kelas, Siswa yang mengalami
penyimpangan perilaku (kurangnya tata krama) dalam hubungan intersosial.
Saran
Guru dalam menjalankan perannya
sebagai pendidik bagi peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang
berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan
tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya, sehingga
dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif yang pada gilirannya dapat
memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta
Sudjana, Nana. (2007). Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar
Baru Algesindo
Sofah, Rahmi. (2005). Bahan Ajar Mata Kuliah Belajar dan
Pembelajaran. Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sriwijaya.
Syah, Muhibbin.(1999). Psikologi Belajar. Jakarta:Wacana Ilmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar