Selasa, 11 April 2017

Prinsip-Prinsip Pemilihan Dan Penggunaan Materi Belajar Disesuaikan Kebutuhan Peserta Didik

Prinsip-Prinsip Pemilihan Dan Penggunaan
Materi Belajar Disesuaikan Kebutuhan Peserta Didik

DISUSUN
      OLEH
KELOMPOK   : 7
           KELAS           : 01
Sarvina Sulastri           1506103010023
Sri Rahayu                  1506103010025

 







PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan dalam bentuk makalah. Salawat dan salam marilah kita sanjung sajikan ke pangkuan baginda Rasulullah SAW. Yang telah membawa umat manusia ke alam yang terang benderang sebagaimana pendidikan yang kita rasakan saat sekarang ini. Pada kesempatan ini, kami telah menyelesaikan makalah tentang “Prinsip-Prinsip Pemilihan Dan Penggunaan Materi Belajar Disesuaikan Kebutuhan Peserta Didik”.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah Psikologi Pendidikan yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam proses belajar mengajar. Apabila terdapat kesalahan dalam menyusun makalah ini, penulis mengharapkan kritik dan usul-usul pembangun guna perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Demikianlah, semoga makalah ini dapat menjadikan acuan dalam kehidupan  dan sebagai pembelajaran lebih baik ke depan serta bermanfaat bagi penulis sendiri maupun pembaca.

                                                                                               Darussalam, 11 April 2017

                                                                                                                   Penulis



DAFTAR ISI


.. 15
  


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya indikator. Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005 Pasal 20, juga mengsyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran.
Bahan ajar merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar atau tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.  Salah satu masalah penting yang sering dihadapi oleh guru dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih atau menentukan bahan ajar atau materi pembelajaran yang tepat dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam kurikulum atau silabus, materi bahan ajar hanya dituliskan secara garis besar dalam bentuk materi pokok. Tugas guru adalah menjabarkan materi pokok tersebut sehingga menjadi bahan ajar yang dikembangkan dan mudah dipahami oleh siswa.
Dengan menerapkan bahan ajar yang telah dikembangkan tersebut, diharapkan menjadi alternatif bagi guru dalam menyampaikan suatu materi pembelajaran sehingga proses belajar mengajar akan berjalan lebih baik dan bervariasi yang  pada akhirnya hasil belajar siswa juga ikut meningkat. maka dalam makalah ini penulis akan membahas tentang bahan ajar yang merupakan bagian dari hasil perencanaan seorang guru sebelum mengajar di kelas.

1.2 Rumusan Masalah

1. Konsep-konsep umum yang diperhatikan guru dalam memilih materi pelajaran.
2. Konsep-konsep psikologis dalam pemilihan materi yang relevan
3. Fakor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih materi
4. Pengorganisasian materi pelajaran yang menarik dan mudah bagi peserta didik yang mempelajarinya
5. Akibat-akibat jika materi belajar tidak sesuai dengan kemampuan, kematangan, dan kebutuhan peserta didik

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep-konsep umum yang diperhatikan guru dalam memilih materi pelajaran.
2. Untuk mengetahui  konsep-konsep psikologis dalam pemilihan materi yang relevan
3. Untuk mengetahui  Fakor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih materi
4. Untuk mengetahui  pengorganisasian materi pelajaran yang menarik dan mudah bagi peserta didik yang mempelajarinya
5. Untuk mengetahui  akibat-akibat jika materi belajar tidak sesuai dengan kemampuan, kematangan, dan kebutuhan peserta didik

BAB II

PEMBAHASAN

1.                  Konsep umum yang harus diperhatikan guru dalam memilih materi pelajaran

Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.  Konsep umum dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi: (a) prinsip relevansi, (b) konsistensi, dan (c) kecukupan. Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Misalnya, kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.

2.                  Konsep-konsep psikologis dalam pemilihan materi yang relevan
Guru dalam menjalankan perannya sebagai pendidik bagi peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan – pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat:
1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.
2. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.
3. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.
Tugas dan peran guru di samping melaksanakan pembelajaran juga diharapkan dapat membimbing para siswanya dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
4. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.
Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa seperti bakat, kecerdasan dan minat, sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.
5. Menciptakan iklim belajar yang kondusif.
Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif, guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
6. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.
7. Menilai hasil pembelajaran yang adil.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.

3.                  Fakor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih materi

Materi pembelajaran berada dalam ruang lingkup isi kurikulum. Karena itu, pemilihan materi pelajaran tentu saja harus sejalan dengan ukuran-ukuran (kriteria) yang digunakan untuk memilih isi kurikulum bidang studi bersangkutan.
Secara garis besar, Kriteria pemilihan materi pembelajaran:
1.   Kriteria Tujuan Pembelajaran
Suatu materi pelajaran yang terpilih dimaksudkan untuk mencapai tujuan pembelajaran khusus atau tujuan-tujuan tingkah laku. Karena itu, materi tersebut supaya sejalan dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.
2.   Materi Pelajaran Supaya Terjabar
Perincian materi pelajaran berdasarkan pada tuntutan. Ini berarti terdapat keterkaiatan yang erat antara spesifikasi tujuan dan spesifikasi materi pelajaran.
3.   Relevan Dengan Kebutuhan Siswa
Kebutuhan siswa yang pokok adalah bahwa mereka ingin berkembang berdasarkan potensi yang dimilikinya. Karena setiap materi pelajaran yang akan disajikan hendaknya sesuai dengan usaha untuk mengembangkan pribadi siswa secara bulat dan utuh. Beberapa aspek diantaranya adalah pengetahuan sikap, nilai dan keterampilan.
4.   Kesesuaian Dengan Kondisi Masyarakat
Siswa dipersiapkan untuk menjadi warga masyarakat yang berguna dan mampu hidup mandiri. Dalam hal ini, materi pelajaran yang dipilih hendaknya turut membantu mereka memberikan pengalaman edukatif yang bermakna bagi perkembangan mereka menjadi manusia yang mudah menyesuaikan diri.
5.   Materi Pelajaran Mengandung Segi-Segi Etik
Materi pelajaran yang akan dipilih hendaknya mempertimbangkan segi perkembangan moral siswa kelak. Pengetahuan dan keterampilan yang bakal mereka peroleh dari materi pelajaran yang telah mereka terima diarahkan untuk mengembangkan dirinya sebagai manusia yang etik sesuai dengan sistem nilai dan norma-norma yang berlaku dimasyarakatnya.
6.   Materi Pelajaran Tersusun Dalam Ruang Lingkup dan Urutan Yang Sistematik dan logis.
Setiap materi pelajaran disusun secara bulat dan menyeluruh, terbatas ruang lingkupnya dan terpusat pada satu topik masalah tertentu. Materi disusun secara berurutan dengan mempertimbangkan faktor perkembangan psikologis siswa. Dengan cara ini diharapkan isi materi tersebut akan lebih mudah diserap oleh siswa dan dapat segera dilihat keberhasilannya.
7. Materi Pelajaran Bersumber Dari Buku Yang Baku, Pribadi Guru Yang Ahli, dan Masyarakat.
Ketiga faktor ini perlu diperhatikan dalam memilih materi pelajaran. Buku sumber yang baku umumnya disusun oleh para ahli dalam bidangnya dan disusun berdasarkan GBPP yang berlaku, kendatipun belum tentu lengkap sebagaimana yang diharapkan. Guru yang ahli penting, oleh sebab sumber yang diharapkan. Guru yang ahli penting, oleh sebab sumber utama memang guru itu sendiri. Guru dapat menyimak semua hal yang dianggapnya perlu untuk disajikan kepada para siswa berdasarkan ukuran pribadinya. Masyarakat juga merupakan sumber yang luas, bahkan dapat dikatakan sebagai materi belajar yang paling besar.
Manfaat yang dapat diperoleh apabila seorang guru jika mengembangkan bahan ajar sendiri, yakni antara lain:
Pertama, diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.
Kedua, tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh.
Ketiga, bahan ajar menjadi labih kaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi.
Keempat, menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar.
Kelima, bahan ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan siswa karena siswa akan merasa lebih percaya kepada gurunya.
Adapun peranan bahan ajar adalah:
1) Mencerminkan suatu sudut pandang yang tajam dan inovatif mengenai pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan ajar yang disajikan.
2) Menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi, sesuai dengan minat dan kebutuhan para peserta didik.
3) Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap.
4) Menyajikan metode-metode dan sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi peserta didik.
5) Menjadi penunjang bagi latihan- latihan dan tugas- tugas praktis.
6) Menyajikan bahan/ sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat guna.
Jenis-jenis materi pembelajaran dapat diklasifikasi sebagai berikut.
1. Fakta yaitu segala hal yang bewujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya. Contoh dalam mata pelajaran Sejarah: Peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan pembentukan Pemerintahan Indonesia.
2. Konsep yaitu segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti /isi  dan sebagainya. Contoh, dalam mata pelajaran Biologi: Hutan hujan tropis di Indonesia sebagai sumber plasma nutfah, Usaha-usaha pelestarian keanekargaman hayati Indonesia secara in-situ dan ex-situ, dsb.
3. Prinsip yaitu berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antarkonsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat. Contoh, dalam mata pelajaran Fisika: Hukum Newton tentang gerak, Hukum 1 Newton, Hukum 2 Newton, Hukum 3 Newton, Gesekan Statis dan Gesekan Kinetis, dsb.
4. Prosedur merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem. Contoh, dalam mata pelajaran TIK: Langkah-langkah mengakses internet, trik dan strategi penggunaan Web Browser dan Search Engine, dsb.
5. Sikap atau Nilai merupakan hasil belajar aspek sikap, misalnya  nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar dan bekerja, dsb. Contoh, dalam mata pelajaran Geografi:  Pemanfaatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan, yaitu pengertian lingkungan, komponen ekosistem, lingkungan hidup sebagai sumberdaya, pembangunan berkelanjutan.
Langkah-Langkah Pengembangan Materi Pembelajaran
1.      Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar
            Sebelum mengembangkan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu di identifikasi aspek-aspek keutuhan kompetensi yang harus dipelajari atau dikuasai peserta didik. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Harus ditentukan apakah standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik termasuk ranah kognitif, psikomotor ataukah afektif.
-       Ranah Kognitif jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian.
-       Ranah Psikomotor jika kompetensi yang ditetapkan meliputi gerak awal, semirutin, dan rutin.
-       Ranah Afektif jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pemberian respons, apresiasi, penilaian, dan internalisasi.
2.   Identifikasi Jenis-jenis Materi Pembelajaran
Identifikasi dilakukan berkaitan dengan kesesuaian materi pembelajaran dengan tingkatan aktivitas /ranah pembelajarannya. Materi yang sesuai untuk ranah kognitif ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah kognitif adalah fakta, konsep, prinsip dan prosedur. Materi pembelajaran yang sesuai untuk ranah afektif ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah afektif meliputi rasa dan penghayatan, seperti pemberian respon, penerimaan, internalisasi, dan penilaian. Materi pembelajaran yang sesuai untuk ranah psikomotor ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah psikomotor terdiri dari gerakan awal, semirutin, dan rutin. Misalnya tulisan tangan, mengetik, berenang, mengoperasikan komputer, mengoperasikan mesin dan sebagainya.
Materi yang akan dibelajarkan perlu diidentifikasi secara tepat agar pencapaian kompetensinya dapat diukur. Di samping itu, dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan dibelajarkan, maka guru akan mendapatkan ketepatan dalam metode pembelajarannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi, metode, media, dan sistem evaluasi yang berbeda-beda. Misalnya metode pembelajaran materi fakta atau hafalan bisa menggunakan “jembatan keledai”, “jembatan ingatan” (mnemonics), sedangkan metode pembelajaran materi prosedur dengan cara “demonstrasi”.

4. Pengorganisasi Materi Pelajaran yang Menarik dan Mudah bagi Peserta Didik yang Mempelajarinya.

Kegiatan mengorganisasikan bahan ajar dimulai dengan memilih dan menetapkan bahan ajar yang sesuai dan mampu untuk mencapai tujuan instruksional mata kuliah. Bahan ajar tersebut tentunya terdiri dari serangkai pokok-pokok bahasan yang harus ditata urutannya dan saling berkaitan satu sama lain. Di dalam memilih pokok-pokok bahasan tersebut, tentunya telah diketahui dan ditetapkan kegunaan dan tujuan dari setiap pokok bahasan, yang pada dasarnya setiap tujuan instruksional pokok bahasan ditujukan untuk menunjang tercapainya tujuan mata kuliah. Selanjutnya, dari setiap pokok bahasan yang telah ditetapkan tujuannya itu, dijabarkan lebih rinci menjadi beberapa subpokok bahasan sehingga mampu untuk menetapkan sasaran-sasaran belajar. Sasaran belajar merupakan gambaran kemampuan mahasiswa (learning outcomes) yang bisa diamati dan diukur. 
a. Menetapkan Tujuan Instruksional
1. Tujuan Instruksional Umum
Tujuan Instruksional Umum (TIU) adalah tujuan instruksional pokok-pokok bahasan, karena tujuan pokok bahasan umumnya masih bersifat umum, sehingga belum dinyatakan perubahan perilaku yang spesifik. Disamping itu jumlahnya relatif masih sedikit. Kedua, karena penetapan tujuan pokok bahasan dapat dipakai sebagai dasar dalam menentukan tujuan yang lebih khusus, yaitu penetapan sasaran belajar (atau Tujuan Instruksioanal Khusus). Oleh sebab itu, meskipun masih bersifat umum, tujuan pokok bahasan harus sudah mengungkapkan materi bahasan dan kedudukan bahasan tersebut dalam kesatuan ketercapaian tujuan mata kuliah.
Perlu diketahui bahwa fungsi TIU adalah :
a) Menunjukkan kedudukan pokok bahasan tertentu dalam kesatuan bahan perkuliahan;
b) Menyatakan ringkasan tujuan pokok bahasan;
c) Merupakan pedoman dalam menyusun sasaran belajar ; dan
d) Merupakan pedoman menentukan kegiatan mengajar.
Disamping itu rumusan tujuan Intruksional Umum (TIU) masih bersifat :
a) Luas dan umum;
b) Belum dinyatakan dalam bentuk prilaku yang dikehendaki dan
c) Jumlahnya tidak banyak.
Setelah penetapan pokok bahasan selesai, tugas berikutnya adalah merangkainya dalam urutan yang terbaik agar tujuan mata kuliah dapat tercapai secara efektif dan efisien. Urutan pokok-pokok bahasan tersebut disajikan dalam bentuk bagan rangkaian urutan antarpokok bahasan, yang menunjukkan mana yang terlebih dahulu diberikan untuk kemudian disusul bagian yang lain. Bagan skema semacam itu disebut sebagai skema tata hubungan antarpokok bahasan.
Manfaat skema hubungan pokok bahasan, disamping mampu memberikan argumentasi yang logis tentang urutan sajian pokok bahasan juga mambantu dalam merancang alokasi waktu pertemuan atau perkuliahan yang dibutuhkan. Banyaknya kebutuhan waktu tersebut tentunya sangat tergantung pada tujuan pokok bahasan (terutama macam bahan ajar dan perubahan perilaku yang diharapkan).
2. Tujuan Instruksional Khusus
Yang dimaksud Tujuan Instruksional Khusus (TIK) adalah Sasaran Belajar (SasBel), karena sasaran belajar merupakan pernyataan tujuan instruksioanal yang sudah sangat rinci. Pada pernyataan sasaran belajar ini harus sudah dapat diketahui macam bahan ajar dan tingkat perubahan perilaku yang diharapkan. Untuk itu sasaran belajar harus menyatakan sesuatu yang teramati, terukur dan operasional. Sasaran belajar harus dituliskan dari segi kemampuan mahasiswa. Artinya mengungkapkan perubahan apa yang diharapkan terjadi pada diri mahasiswa setelah mengikuti pengajaran satu subpokok bahasan tertentu.
a. Merumuskan Sasaran Belajar
Variabel pengajaran yang paling utama dalam sasaran belajar (sasbel) adalah tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran yang paling rinci ternyatakan sebagai sasran belajar. Adalah sangat penting untuk dapat menyatakan sasaran belajar dengan baik dan benar, karena semua variabel pengajaran yang lain harus disusun sedemikian rupa dengan maksud untuk mencapai sasaran belajar tersebut.  Selanjutnya apabila rancangan pengorganisasian bahan ajar telah selesai, yang ditandai dengan selesainya penulisan semua pokok bahasan, maka perlu dilanjutkan dengan penulisan TIU setiap pokok bahasan, bagan skema hubungan antara pokok bahasan, rincian sub-subpokok bahasan dan jabaran sasaran belajar. Bila rancangan organisasi bahan ajar yang telah selesai disusun dengan memperhatikan kepada karakteristik siswa seperti latar belakang siswa, minat siswa, terhadap bahan ajar, prapengetahuan siswa terhadap pengetahuan yang akan diajarkan, dan berbagai karakteristik siswa yang lain serta kondisi fisik suasana pengajaran (seperti jumlah siswa per kelas, keadaan fisik ruangan, perkiraan media pengajaran yang tersedia, dan lain-lainnya), maka selanjutnya perlu dirancang bentuk, cara serta media yang akan dipakai guna menyajikan bahan ajar. 
b. Menyusun Bahan Ajar
Bila TIU dan TIK telah ditetapkan, matriks Satuan Acara Perkuliahan (SAP) telah disusun dan skema tata hubungan antara pokok bahasan telah ditetapkan, maka dosen tinggal menyusun materi bahan ajar. Materi ini dapat berupa:
1) Buku teks atau diktat yang pernah dituliskannya;
2) Buku teks, jurnal, laporan penelitian, laporan seminar yang biasanya disimpan di perpustakaan; dan
3) Media cetak yang lain, seperti dari koran, majalah dan sebagainya.
Satuan Acara Perkuliahan (SAP) adalah rancangan pembelajaran selama satu semester yang memberikan gambaran umum tentang satu mata kuliah tertentu dan disahkan oleh jurusan atau program studi, yang berfungsi sebagai bukti dokumen administratif bahwa dosen yang diharapkan dapat efektif dan efisien. Menyusun diktat atau buku ajar, memang tidak dapat sekaligus; tetapi harus bertahap. Disamping itu juga isinya baru, bukan saja berupa teori atau gagasan si penulisnya, tetapi juga latihan-latihan. Maksudnya agar buku tersebut mampu menampilkan sisi kognitif, psikomotorik dan afektif dari siswa atau mahasiswa.
Penerapan Pengorganisasian Materi Ajar:
Dalam mendesain atau mengorganisasikan materi pembelajaran ada beberapa hal penting yang harus dilakukan oleh seorang guru atau seorang dosen, hal ini pula yang akan menentukan  sempurna atau tidaknya organisasi materi pembelajaran, yaitu:
1. Pengumpulan Informasi
Sebelum seorang guru memulai pelajarannya di minggu pertama hari sekolah atau di dalam kelas, tentu ia melakukan persiapan-persiapan dalam beberapa aspek desain mata kuliah atau mata pelajaran. Persiapan ini dapat dikatakan sebagai satu usaha pembuktian akuntabilitas profesionalisme pembelajaran seorang dosen kepada mahasiswanya yang telah memberikan kepercayaan kepada perguruan tinggi. Paling tidak ada empat elemen yang harus dipersiapkan seorang dosen dalam mendesain atau mengorganisasikan satu mata kuliah, yaitu:
1) Elemen materi-materi perkuliahan,
2) Elemen kompetensi atau tujuan pembelajaran atau hasil belajar,
3) Elemen strategi pembelajaran atau metode pembelajaran, dan
4) Elemen evaluasi pembelajaran
Untuk mengorganisasikan materi, langkah pertama sebelum seorang dosen memulai mengorganisasikan materi-materi perkuliahan dalam bentuk apapun, ia seharusnya mulai mengumpulkan sebanyak mungkin informasi-informasi yang berkaitan langsung atau tidak langsung dengan mata kuliah yang akan diampu. Informasi-informasi itu mungkin didapatkan dalam bentuk hard copy, soft copy melalui perpustakaan, internet dan atau konsultasi dari beberapa sumber.
Langkah kedua, setelah informasi materi dianggap memadai, maka ada beberapa alternatif yang mungkin dilakukan oleh seorang dosen atau guru untuk mengorganisasikan materi perkuliahan atau pembelajaran yang relatif siap disajikan atau di-share kepada mahasiswa. Setiap individu peserta didik adalah unik, masing-masing memiliki kemampuan ataupun tingkatan serta karakter masing-masing. Terdapat beberapa hal yang bisa diperhatikan untuk mengetahui perbedaan antar individu dalam hal pembelajaran. Sudjana (2007:116) setidaknya terdapat 6 perbedaan-perbedaan individual yang ada pada peserta didik atau siswa, yaitu:
-       Perkembangan intelektual, kemampuan belajar terutama memahami dan menggali materi dan informasi masing-masing peserta didik tentu tidak sama, ada siswa yang cepat belajar dan mampu memahami materi ada juga siswa yang lambat dan perlu dibimbing secara bertahap dalam belajar.
-       Kemampuan berbahasa, lebih tepatnya lagi komunikasi. Komunikasi atau berbahasa disini bukan hanya hubungan interaksi antara guru dengan murid saja namun juga komunikasi peserta didik dengan materi dan informasi pelajaran, bahan ajar, media pembelajaran serta komponen-komponen pembelajaran yang terlibat lainnya.
-       Latar belakang pengalaman, siswa atau peserta didik yang pernah mendapatkan informasi yang relevan terhadap suatu materi akan lebih cepat memahaminya, bukan hanya dalam hal materi namun juga gaya belajar, metode pengajaran serta hal-hal lain yang diperlukan dalam pembelajaran.
-       Gaya belajar, peserta didik satu tentu memiliki gaya dan kebiasaan belajar favorit dan mampu mempercepat pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Bukan hanya dalam kebiasaan namun juga dalam kondisi tertentu misalnya seorang siswa lebih mampu belajar dalam keadaan yang tenang dan hening sehingga mampu mempercepat pemahaman materi.
-       Bakat dan minat, bakat dan minat ini berasal dalam diri masing-masing siswa dan sangat penting untuk digali dan ditemukan sehingga mampu dioptimalkan sebagai kemampuan yang dapat dikembangkan. Misal seorang siswa lebih mampu untuk mempelajari pelajaran matematika ina adalah bakat, atau siswa sangat menyukai pelajaran praktik fisika ini adalah minat.
-       Kepribadian, merupakan reaksi atau tanggapan terhadap sikap dan cara-cara mengajar yang dilakukan guru. Kepribadian ini juga sangat terkait dengan sifat dasar masing-masing peserta didik, siswa yang pemalu misalnya biasanya akan lebih pasif untuk terlibat dalam interaksi dengan komponen-komponen pembelajaran terutama dengan guru.

5. Akibat-akibat jika materi belajar tidak sesuai dengan kemampuan, kematangan, dan kebutuhan peserta didik

Untuk mengetahui kondisi kematangan siswa dalam belajar pada tahap atau jenjang tertentu adalah mengidentifikasi perkembangan psiko-fisik siswa itu sendiri. Antara lain:
a.       Perkembangan motorik
Dalam psikologi, kata motor diartikan sebagai istilah yang menunjuk pada hal, keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot dan gerakan-gerakannya. Jadi, perkembangan motorik yaitu proses perkembangan yang progresif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan anak.1 Menurut Gleitman, ada 2 bekal  yang dibawa anak sejak lahir yaitu bekal kapasitas motor (jasmani) dan bekal kapasitas panca indra (sensorik).
b.      Perkembangan kognitif
Istilah kognitif berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti mengetahui. Dalam arti luas, cognition (kognisi) sebagai salah satu domain atau wilayah/ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesenjangan, dan keyakinan.2 Seorang pakar terkemuka dalam displin psikolgi kognitif dan psikologi anak, jean piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan yaitu tahapan sonsorik-motorik, pra-operasional, operasional konkrit, dan operasional formal operasional.
c.       Perkembangan sosial dan moral (sikap)
Pendidikan, ditinjau dari sudut psikososial (kejiwaan kemasyarakatan), adalah upaya penumbuhkembangan sumberdaya manusia melalui proses hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi) yang berlangsung dalam lingkungan masyarakat yang terorganisasi, dalam hal ini masyarakat pendidikan dan keluarga. Berdasarkan hal ini, tentu tak mengherankan apabila seseorang siswa sering menggantungkan responsnya terhadap guru pengajar dan teman-teman sekelasnya. Positif atau negatifnya persepsi siswa terhadap guru dan teman-temannya itu sangat mempengaruhi kualitas hubungan sosial para siswa dengan lingkungan sosial kelasnya dan bahkan mungkin dengan lingkungan sekolahnya.
Masalah-masalah yang terjadi jika materi belajar tidak sesuai:
1.            Siswa yang tidak mampu mencapai tujuan belajar atau hasil belajar sesuai dengan pencapaian teman-teman seusianya yang ada dalam kelas yang sama. Sesuai dengan tujuan belajar yang tercantum dalam Kurikulum bahwa siswa dikatakan lulus atau tuntas dalam suatu pelajaran jika telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh tiap-tiap guru bidang studi. KKM dibuat berdasarkan intake (pencapaian) siswa di dalam kelas. Apabila seorang siswa tidak mencapai kriteria tersebut, maka yang bersangkutan dikatakan bermasalah dalam pelajaran tersebut.
2.            Siswa yang mengalami keterlambatan akademik, yakni siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi tetapi tidak menggunakan kemampuannya secara optimal. Belum tentu semua siswa yang terdapat dalam satu kelas memiliki kemampuan yang sama, ada beberapa siswa dengan kemampuan intelegensi diatas rata-rata bahkan super. Kondisi inilah yang menyebabkan si siswa cerdas ini harus menyesuaikan kebutuhan asupan kecerdasannya dengan kemampuan teman-teman sekelasnya, sehingga siswa yang seharusnya sudah berhak diatas teman-teman sebayanya dipaksa menerima kondisi sekitarnya.
3.            Siswa yang secara nyata tidak dapat mencapai kemampuannya sendiri (tingkat IQ yang diatas rata-rata). Maksudnya, yaitu siswa yang memiliki intelegensi diatas rata-rata normal tetapi tidak mencapai tujuan belajar yang optimal. Misalnya KKM pada Mata Pelajaran A sebanyak 65, kemudian nilai yang dicapainya 70. Padahal seharusnya dengan tingkat intelegensi seperti itu, yang bersangkutan bisa mendapat nilai minimal 80 bahkan lebih.
4.            Siswa yang sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memilki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus. Siswa yang mengalami kondisi seperti ini yakni siswa yang memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata-rata dan sangat sering bermasalah dalam pembelajaran. Seringkali Guru kehabisan ide untuk menangani siswa yang seperti ini, bimbingan pelajaran tambahan atau ekstra menjadi salah satu alternatif penyelesaian masalah semacam ini.
5.               Siswa yang kekurangan motivasi dalam belajar, yakni keadaan atau kondisi siswa yang kurang bersemangat dalam belajar seperti jera dan bermalas-malasan. Siswa yang seperti ini biasanya didukung oleh kondisi atau lingkungan apatis, yang tidak peduli terhadap perkembangan belajar siswa. Lingkungan keluarga yang apatis, yang tidak berperan dalam proses belajar anak bisa menyebabkan si anak menjadi masa bodoh, sehingga belajar menjadi kebutuhan yang sekedarnya saja. Lingkungan masyarakat yang merupakan media sosialisasi turut berperan penting dalam proses memotivasi siswa itu sendiri.
6.            Siswa yang bersikap dan memiliki kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang kegiatannya atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui dan sebagainya. Besarnya kesempatan yang diberikan oleh Guru untuk menyelesaikan tugas menyebabkan siswa mengulur-ulur pekerjaan yang seharusnya diselesaikan segera setelah diperintahkan, Guru yang terlalu disiplin dan berwatak tegas juga menjadi faktor berkurangnya perhatian (attention) yang seharusnya diberikan oleh siswa kepada Guru.
7.            Siswa yang sering tidak mengikuti proses belajar mengajar di kelas, yaitu siswa-siswa yang sering tidak hadir atau menderita sakit dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga kehilanggan sebagian besar kegiatan belajarnya. Seringkali materi pelajaran yang telah disampaikan oleh Guru pada pertemuan jauh sebelumnya kemudian siswa dituntut  untuk mengikuti dan menguasai materi pelajaran dalam waktu yang relatif singkat menyebabkan si siswa menjadi tertekan dan terbebani oleh materi belajar yang banyak.
8.            Siswa yang mengalami penyimpangan perilaku (kurangnya tata krama) dalam hubungan intersosial. Pergaulan antar teman sepermainan yang tidak seumuran dan tidak mengeyam bangku pendidikan menyebabkan si anak atau siswa terpengaruh dengan pola perilaku dan pergaulan yang serampangan, seperti berbicara dengan nada yang tinggi dengan orang yang lebih tua, sering membuat kegaduhan atau keributan di dalam masyarakat.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Konsep umum dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi: (a) prinsip relevansi, (b) konsistensi, dan (c) kecukupan. Konsep-konsep psikologis dalam pemilihan materi yang relevan Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik. Menciptakan iklim belajar yang kondusif. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya. Menilai hasil pembelajaran yang adil. Kriteria pemilihan materi pembelajaran: kriteria tujuan pembelajaranmateri pelajaran supaya terjabar, relevan dengan kebutuhan siswa, kesesuaian dengan kondisi masyarakat materi pelajaran mengandung segi-segi etik materi pelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang sistematik dan logis, materi pelajaran bersumber dari buku yang baku, pribadi guru yang ahli, dan masyarakat, dikatakan sebagai materi belajar yang paling besar. Masalah-masalah yang terjadi jika materi belajar tidak sesuai: Siswa yang tidak mampu mencapai tujuan belajar, Siswa yang mengalami keterlambatan akademik, Siswa yang secara nyata tidak dapat mencapai kemampuannya, Siswa yang sangat lambat dalam belajar, Siswa yang kekurangan motivasi dalam belajar, Siswa yang bersikap dan memiliki kebiasaan buruk dalam belajar, Siswa yang sering tidak mengikuti proses belajar mengajar di kelas, Siswa yang mengalami penyimpangan perilaku (kurangnya tata krama) dalam hubungan intersosial.

Saran

            Guru dalam menjalankan perannya sebagai pendidik bagi peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Sudjana, Nana. (2007). Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo
Sofah, Rahmi. (2005). Bahan Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran. Dosen Fakultas          Keguruan        dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya.
Syah, Muhibbin.(1999). Psikologi Belajar. Jakarta:Wacana Ilmu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Prinsip-Prinsip Pemilihan Dan Penggunaan Materi Belajar Disesuaikan Kebutuhan Peserta Didik

Makalah Prinsip-Prinsip Pemilihan Dan Penggunaan Materi Belajar Disesuaikan Kebutuhan Peserta Didik DISUSUN       OLEH KELOMP...